ZIARAH SKATEBOARDING - EPS 03 HOUSE OF VANS DETROIT



 

 

House of Vans Detroit: Nyala Semangat Komunitas di Kota Dingin dan Bangkrut.



Oke kali ini kita ndak pake drama yang nyasar lagi.

Walau saat memutuskan untuk akan berangkat ke Detroit, perasaan galau sempat melanda. Gimana ndak galau, saat itu bulan masih Januari, dikalender musim masih terhitung dingin. Salju bertaburan dimana-mana dan yang lebih parah lagi Detroit terletak di bagian lebih utara. Jadi jelas cuaca akan lebih dingin daripada tempat tinggal saya di Athens, Ohio.

Kegalauan yang lain adalah jarak dari kota Athens ke Detroit yang sebenarnya hanya 4 jam perjalanan. Tapi tunggu dulu, ini 4 jam sepenuhnya jalur highway atau tol, bukan seperti di Indonesia yang banyak halang rintang, tukang bakso, pasar tumpah, Indomaret atau angkringan di pinggir jalan. Total jendral jarak kedua kota adalah 445 km dikali dua ya 890 km, bolak balik 8 jam perjalanan lebih. Kalau hitungan ini disamakan dengan jarak kota di Indonesia, sama dengan perjalanan dari Jakarta ke Semarang! Uu boi, saya bisa saja mudik tiap minggu kalau begini jadinya. Gitu kok masih ada yang senewen sama pembangunan tol di negeri kita.

Anyway, akhirnya saya berangkat juga ke kota Detroit, di perjalanan tidak ada yang istimewa. Desember lalu saya sempat menyetir ke Chicago dan melewati jalur yang sama, hanya saja kali ini setelah melewati kota Toledo yang mana jadi perbatasan kota antara negara bagian Ohio dan Michigan saya akan terus melanjutkan jalan ke arah utara. Semakin ke utara hamparan pemandangan makin lama makin memutih, suhu di luar makin ke utara semakin membuat windshield mobil membeku, saya sempat berhenti beberapa kali untuk merontokkan salju beku di kaca mobil. 

Akhirnya tiba juga di kota Detroit, kota ini dikenal karena menjadi lokasi tumbuhnya industri otomotif di Amerika Serikat, namun karena pengelolaan pemerintah yang tidak baik, banyak utang, pertumbuhan penduduk dan angka pensiun yang tinggi maka kota ini bangkrut dan saya pikir ini punya kaitan kuat kenapa dipilihnya Detroit di perhelatan House of Vans kali ini.

Kap mobil yang membeku karena cuaca dingin

House of Vans

Perlu ga sih saya njelasin apa itu HoV? Yang pasti ini salah satu lini depan terbaru dan terlengkap yang ingin disajikan salah satu brand sepatu kenamaan orisinil yang lahir karena skate culture. Tujuan utamanya menghadirkan pengalaman yang autentik tentang skateboarding, mereka tawarkan istilah palu gada! Apa lu mau HoV ada! Jadi sebut aja deh, mau apa aja yang berkaitan dengan skateboard ada disitu. Kalau ngelihat dari websitenya, HoV ada dua jenis, yang permanen dan yang pop-up. 

Yang permanen mungkin yang paling terkenal ada di Chicago dan London, tapi ada juga di negeri makcik dan pakcik Malaysia. Beberapa bulan lalu mungkin juga sempat ada di Jakarta, tapi itu cuma pop-up. Nah yang di Detroit ini juga cuma pop-up.

Sebelum saya cerita ada apa aja dan pengalaman seperti apa yang saya dapat saat saya datang kesana, saya sebenarnya penasaran dengan bagaimana HoV pop-up ini bisa diselenggarakan. 

Internet punya selidik, saya menemukan sebuah komunitas yang bernama Community Push. Mereka mentasbih diri mereka sebagai sebuah organisasi non-profit. Tujuannya mengangkat budaya skateboard di Detroit agar lebih dikenal khalayak luas, nah gimana kedengarannya? Aneh bukan di Amerika Serikat ternyata skateboard masih dianggap anak tiri. Disinilah menariknya Detroit, sebuah kota yang hampir mati karena kebangkrutan industri otomotifnya di tahun 2013. Kebangkrutan tersebut juga berdampak ke pihak-pihak lain termasuk pemerintah yang punya andil membangun fasilitas-fasilitas umum. Saat ini tidak ada skatepark yang memadai di kota ini, Community Push berhasil membangun sebuah skatepark D.I.Y yang mereka namai The Wig. Namun skatepark ini baru saja tutup dan mereka sedang mengupayakan untuk pindah ke fasilitas kota yang indoor dan hangat, terutama pada saat winter yang saya rasakan dalam kunjungan ini.

School of Vans



Sehingga, sangat masuk diakal kenapa House of Vans diselenggarakan di kota ini, isu kebangkrutan diatas tadi juga membuat beberapa bangunan kota kosong dan terbengkalai. Termasuk lokasi yang digunakan untuk acara ini yaitu gedung bekas sebuah sekolah bernama Jefferson School. Gedung sekolah ini entah kenapa mengingatkan saya akan sebuah lokasi pameran yang cukup terkenal di Yogyakarta yaitu Jogja National Museum.

Gedung ini cukup luas dengan bekas-bekas kelas yang kosong, bapuk, basah dan bau salju. Apalagi setelah masuk ke gerbang utama yang penuh coret-coretan, awalnya saya pikir ini coretan vandalisme, tapi ternyata ini hasil karya salah seorang seniman yang diundang yaitu Jay Howell. Saya sudah cukup lama mengikuti dia di instagram, karya karakternya sangat khas dengan bentuk badan yang lancip dan punya kaki kaki kurus warna-warni.


Lorong JNM
Dari posternya, acara ini dibagi ke beberapa segmen, dari pameran seni, musik, street fair, sampai kompetisi skateboard. Tujuan utama saya kemari ingin melihat pameran seni nya, berharap dapat bertemu seniman-seniman idola, terutama di bidang fotografi dan videografi. Setiap kelas yang kosong di atas diisi oleh karya-karya seni para seniman undangan, jadi setiap seniman seperti mendapat kelas sendiri. Yang mana ada jadwalnya mereka memberi kelas atau workshop tentang aktifitas kesenian mereka.

Kelas yang pertama saya masuki adalah kelasnya bapak fotografer Joe Brook. Bagi para pembaca kitab suci Thrasher Magazine, atau ehemm pemakai “kaos-kaos palsunya” harusnya kenal sama bapak satu ini. Dia tukang potret utama majalah tersebut, terutama dengan signature Van “Big Blue” yang bercat Bendera Amerika. Di kelas ini Pak Brook membagi beberapa dinding dengan hasil print fotonya, ada yg print lewat kodak ada juga yg print lewat mesin Xerox. Highlight utama foto ini kalau saya lihat adalah fragmen-fragmen cerita dibalik para skateboarder mendapatkan trik-trik epik di video atau majalah, tidak banyak foto-foto yang menampilkan skateboarder mendapatkan trik yang terkesan sangar dan gnarly. Kebanyakan foto-foto yang ditampilkan lebih ingin menampilkan kultur skateboard itu sendiri.


Kelas pak Brook
Kelas yang kedua adalah kelas yang sudah saya incar dan idam-idamkan, walaupun ga berjumpa senimannya langsung tapi melihat langsung real footage dari karya beliau adalah salah satu centang ember dalam daftar impian hidup saya. Pak Greg Hunt ini ternyata asli orang Michigan juga, saya juga sudah mengikuti karya-karyanya sejak video “Mind Field” keluar tahun 2009. Video keluaran Alien Workshop tersebut rasanya cocok kalau dijadikan video skate terbaik sepanjang sejarah skate video. Scene-nya sangat surreal, gambarnya penuh dengan footage absurd 16 mm dan 8 mm tapi indah dilihat mata, digabungkan dengan trik dan skater-skater kharismatik di tim AWS, waktu itu saya masih belum bisa berpikir darimana inspirasi orang ini dalam berkarya, jangan-jangan apa dia beneran “alien” LoL. Video terkini Greg Hunt adalah “Propeller”, jika kalian sadar, opening video tersebut ternyata punya makna tersendiri. Coba deh lihat sekali lagi, lalu tulis di komen bawah apa makna tersembunyi nya?

Kembali ke kelas Pak Greg, dia menampilkan fragmen-fragmen yang sama seperti Pak Joe. Ada foto hitam putih, kebanyakan dengan kamera analog dan beberapa jepretan lainnya selama karir dia sebagai fotografer dan videografer skate. Namun yang paling keren jelas melihat hasil scan film positif “Mind Field” yang saya sebut diatas tadi. Saya merasa seperti melihat diamond 24 karat dengan kaca pembesar, mencoba melihat secara detail gambar asli dari karya masterpiece tadi.

Scan film pak Greg

Ada dua hal menarik yang lucu di kelas Pak Greg ini, yang pertama ia kehilangan CD Mind Field yang ia putar di salah satu preview TV-nya. Mungkin ada fans sinting yang saking maniak-nya mengambil CD tersebut dan menyembahnya di rumah. Yang kedua, ini akan menjadi penyesalan terbesar saya dalam kunjungan saya ke HoV ini, sekitar pukul 6 sore saat acara hampir usai. Pak Greg membagi-bagikan dengan gratis foto-foto yang ia pajang di kelasnya! Saat saya lihat di IG dia, saya sudah ⅔ perjalanan pulang ke Athens, Ohio. Gregetan rasanya, namun daya apa.

Pada kunjungan ini saya hanya ingin meng-highlight 2 kelas diatas. Sisanya saya hanya keliling gedung melihat street fair, makan sol Vans yang terkenal dan duduk duduk manis melihat skater-skater bermain skate di satu ruangan gymnasium yang sudah diisi alat-alat dari quasi skateboards, all timers, dsb. Dari pantuan instagram ada beberapa Pro juga yang datang dan bermain disitu, seperti Zered Bassett, Gilbret Crockett, dan beberapa kru member All Timer. Tapi lagi-lagi saya belum berjodoh berjumpa dengan mereka.

Nangkring cantique

Makna yang bisa dipetik dari kunjungan ini apa ya? Tidak terlalu berefleksi ke apa yang terjadi di Indonesia. Namun saya pribadi sebagai seorang yang tertarik dan aktif di bidang skate art seni merasa mendapatkan suntikan energi lagi. Merasa sangat terinspirasi dengan adanya orang-orang yang mempunyai visi yang sama dan terus berkarya demi kemajuan kultur skateboard, gimanapun caranya, dan salah satu wujud paling konkret ya lewat “House of Vans” ini. Ah satu lagi, kolaborasi dari komunitas lokal yang peduli akan kemajuan skate di daerah asalnya juga menjadi kunci terselenggaranya acara ini, mereka jelas butuh dukungan dari berbagai pihak. Tak perlu merengek manja dan komplain sana-sini, saya kira semangat mereka berhasil menghangatkan cuaca Detroit yang dingin.


Januari, 2019 kota Detroit, Michigan.

Zul





---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

NEXT EPISODE: “Apa guna Community Center di Ohio?”





About penulis: 


Zul mulai mengenal skateboard saat ia bolos dari bangku SMP ke persewaan PS di belakang sekolahnya. Disitu ia mulai keranjingan bermain Tony Hawk Pro Skater, trik Cannon Ball 720 adalah andalannya. Dilain kesempatan saat ia bolos, salah satu temannya baru saja membeli papan skateboard dari sebuah toko buku, maklum jaman dulu belum ada yang namanya skateshop. Disitu ia belajar ollie dan belum bisa berhenti bermain hingga sekarang. Saat ini untuk sementara waktu ia tinggal di kota Athens, Ohio, Amerika Serikat. Sambil belajar dan berkarya di bidang media dokumenter, setiap weekend ia sangat menikmati berkeliling sekitar dan menuliskan pengalamannya mewujudkan impian mengunjungi skate spot legendaris di sekitar USA. Untuk update lainnya bisa di follow ig nya disini @zoulord










Post a Comment

Copyright © WNDR. live your life likescurving