Trip & Trick: Dari Lain Perspektif





Jam menunjukkan pukul 14.50 waktu Singapura, tanggal 9 Mei 2019. Tepat hari Kamis. Setelah menempuh satu jam empat puluh lima menit perjalanan udara dari Cengkareng, akhirnya saya menginjakkan kaki untuk pertama kalinya di Negara yang sering kali diceritakan seorang filmer skateboard akan tata ruang kotanya yang membuat ia selalu bersemangat untuk kembali ke sana. Mungkin kalau saja dia tidak menceritakannya dengan ekspresif dicampur dengan alur ceritanya yang diselipi sisi imajinatif dan hanya sedikit orang yang mampu pahami maksud ucapannya, saya akan tetap pada level penasaran yang “Ya sudahlah. Ke Singapore bisa kapan saja.”. Kemudian tidak terjadi lagi, lagi dan lagi. Tapi tidak untuk kali ini.

Sebenarnya bukan hanya karena cerita si Filmer saja, sih. Tapi faktor utamanya adalah waktu beberapa minggu sebelum berangkat saya menemukan tiket murah. Bayangkan?! Tiket pesawat pulang pergi (siang hari ya. Tidak pagi-pagi atau bahkan malam) plus hostel untuk empat hari tiga malam bisa didapatkan kurang dari dua juta rupiah (tidak termasuk bagasi). Tetap bisa jauh lebih murah dibandingkan kamu hendak pergi ke Aceh yang saat itu saya cek, harga terendahnya bisa mencapai lebih dari satu juta rupiah untuk berangkat saja. Nah! Sialnya itu beberapa minggu lalu. Karena lupa perpanjang passport alhasil harus urus-urus dulu dan tetap berangkat dengan harga yang lumayan. Itu adalah di H-6 keberangkatan. Kalau dihitung-hitung, lebih mahal hampir satu juta rupiah. Maka dari itu, baiknya passport selalu siap sedia entah sudah punya tujuan untuk vakansi ataupun belum. Urusan passport nggak makan waktu banyak kok! Tiga hari selesai dan sudah bisa ambil, jika urus perpanjangan. Sedangkan pengurusan passport baru? Cobalah klen tengok dan cari pakai biji matako ke si Mbah Yang Serba Tahu, kalau Aku lama kali bahas bikin passport nanti website ini jadi macam laman travel blogger. Tapi intinya, saya berbagi sedikit tips buat kamu yang hendak melancong keluar negeri, baiknya buka web atau apps yang menyediakan penawaran Penerbangan + Penginapan. Harganya bisa jauh lebih murah. Lumayan! Uang rupiah kamu walau nantinya cuma jadi hitungan cent, bisa lah itu buat nambah beli-beli nasi atau coke di vending machine. Sekian! Lanjut lagi in a real life jikalau mau tanya-tanya tips berhemat untuk jalan-jalan ;)

Kembali kepada fokus dari apa yang ingin saya bahas melalui tulisan ini. Perjalanan saya biasanya hanya tertuju pada pemandangan alam, mengapung di atas air laut, membuka jalur hingga menemukan tempat yang belum banyak terjamah, foto bangunan tua, kuliner, sejarah, dan sebagainya yang asik untuk dinikmati dan indah untuk saya jadikan dokumentasi. Segala tujuan dan destinasi saya yang tentukan sendiri. Kali ini tidak. Ada satu hari di mana saya harus mengikuti kemana si filmer Mazini Hafizhuddin dan si skater Absar Lebeh pergi. Keduanya sudah mendarat dan tinggal di Singapura hampir satu minggu. Terhitung keberangkatan mereka jauh lebih dahulu dibanding saya dan Putri yaitu per tanggal 4 Mei 2019. Artinya saat saya tiba, mereka sudah lima hari berada di negara bekas jajahan Inggris tersebut. Di awal tahun 2019, tepatnya bulan Februari keduanya sudah melakukan trip ke negara ini dan menghabiskan waktu selama lima hari. Jadi ini adalah kali kedua di tahun yang sama. Tujuan dari keberangkatan mereka kali ini adalah create content untuk sebuah surf brand yang menjadi sponsor bagi Absar.

Malam hari sekitar pukul 19.15 akhirnya saya dan Putri sampai di hostel sekitar Kampong Glam, setelah drama saya menahan lapar karena berpuasa dan Putri yang menahan emosi karena tertahan di Imigrasi selama hampir 2 jam perkara nama passport lama dan passport yang berlaku sekarang ini berbeda satu huruf saja. Catatan lagi: Pastikan nama kamu sudah tepat sesuai dengan berbagai dokumen yang digunakan sebagai syarat pengajuan passport baru atau perpanjangan. Kalau tidak kamu periksa dan nyatanya berbeda?! Bersiaplah untuk gagal skate trip jika tidak pandai memberi penjelasan. 

Sejenak kami meluruskan kaki dan mengaktifkan koneksi internet dengan memanfaatkan wi-fi hostel. Kedatangan hari pertama ini cukup membuat lelah setelah mendorong dan menyeret koper, belum lagi menggandeng papan, dan otak yang dituntut untuk konsentrasi membaca route map MRT agar tidak salah transit. Ya! Rute MRT disini jauh lebih rumit dibandingkan Jakarta karena line yang bercabang. Bahkan jauh lebih bercabang dari jalur KRL. 

Lapar. Dan tidak sabar untuk memasok makanan ke dalam perut, kami kemudian beranjak mencari makan. Berselang menit. Setelah makanan dan minuman lenyap dari wadahnya, kemudian muncul dua orang laki-laki yang melesat di atas skateboard ke arah kami. Sudah lepek, berminyak, dan wajahnya lelah. Ya! Hari itu adalah hari kelima keduanya check spot! Dan baru saja menyelesaikan misi di wilayah Bedok. Nggak tega rasanya kalo harus jalan-jalan malam ini. But, surprisingly masih ada tenaga ke sisa buat jalan ke Clarke Quay. Niat hati kami berempat mau nyemil $1 Ice Cream sambil nikmatin Suasana malam yang meriah lewat lampu-lampu dan keriuhan di setiap Bar yang kami lewati malam itu.. Terpisah sekejap, Absar kemudian kembali ke Hafiz dan berkata “Fiz! Gue nemu spot!”. Otomatis semua berpindah ke spot yang dimaksud dan rencananya akan dijajal esok hari. Malam pertama ini cukup singkat karena semua lelah dengan ceritanya masing-masing. Dan semua hal yang ‘menyentil’ saya dimulai keesokan harinya.

Singapore / 10 May 2019 / Starts from 01.00 PM

 

Jumat siang kali ini rasanya seperti matahari yang dikloning oleh Yang Maha Kuasa menjadi sembilan biji. Panas Terik! Padahal pagi baru saja hujan deras. Hari ini menjadi hari di mana 12 jam saya dibuat bergerak tidak hentinya. Jalan kaki, naik MRT, naik Bus, dan satu hal yang saya jarang lakukan adalah cruising. Biasa hanya main di park atau pumping-pumping saja di pumping track, mini ramps atau bowl berkedalaman cetek, literally cetek ya. Tapi kali ini saya harus bisa mengikuti ritme dari Absar dan Hafiz. Jika tidak?! Saya merasa terlalu egois untuk mengacaukan agenda mereka hari ini.

Tujuan pertama adalah di kawasan Clarke Quay. Tepat menuju spot yang ditemukan Absar semalam. Selesai cruising saya memilih duduk, ngadem di bawah pohon. Sisi lainnya, Hafiz mulai setting kamera, sedangkan Absar melakukan stretching dan beberapa kali percobaan menghajar sebuah tembok yang cukup sulit untuk melakukan 5-0 Stall trick. Sayang, berkali-kali percobaan pun akhirnya Absar memutuskan untuk pindah spot. Hafiz kemudian sigap menghubungi homies yang siap menyambut kami di Little India MRT Station untuk ke spot lainnya. Tidak lama kami berjalan ke MRT Station untuk menuju meeting point. Apa yang saya lihat dari spot pertama ini? Sekalipun kita menemukan spot yang skateable, tapi tidak seimpulsif itu memutuskan atau bahkan memaksa untuk melakukan trick hingga landing. Tidak apa. Daripada cuma perkara keren-kerenan tapi belum mampu untuk sebuah trick di tempat yang keren, better tenaganya dihajar habis buat spot lain yang bisa menghasilkan content. Apalagi mengingat waktu semakin sedikit.

Absar in Clarke Quay Spot

Perlu diingat kembali. Ini adalah hari kelima skate trip. Lima hari yang dilewati bukan dengan mood vakansi. Keduanya punya misi. Memulai hari dengan isi kepala “Kemana lagi kita hari ini? Trick apa yang harus gue lakuin sampai landing?”. Tidak ada hari yang disia-siakan. Memaksimalkan waktu yang pasti akan terasa selalu kurang jika kamu ingin mengejar target harian terbaikmu. Saya memaklumi jika pada cerita hari ini Absar cukup lama untuk mendapatkan trick hingga landing. Terbayang bukan?! Empat hari sebelumnya saja energinya terus dikuras untuk main skate yang bisa memakan waktu berjam-jam, dari terang hingga gelap. Belum lagi, Absar ini tipikal skater yang sangat selektif untuk ‘menghajar’ sebuah spot. Singapura memiliki banyak lahan yang skateable, tapi bagi Absar yang bukan kali pertama mengunjungi negara ini untuk bermain skate, maka baginya dia tidak mau membuang waktu untuk spot yang mirip dengan spot-spot sebelumnya. Seperti saya dan keinginan mengunjungi tempat yang masih sepi dan fresh setiap liburan. Begitupun Absar, tidak sekedar hajar spot yang ada namun butuh spot yang fresh dan bisa membawanya to the next level.

Berjalan ke MRT Station kali ini cukup menyiksa filmer. Karena pintu masuk terdekat, aksesnya hanya berupa tangga tanpa eskalator, mau tidak mau akhirnya “Anak Gajah” alias tas peralatan kamera yang sangat besar itu harus diangkat bersama. Absar membantu mengangkat bagian ‘Pantat Gajah’ dan menuruni anak tangga yang rasanya seperti melewati labirin tidak berkesudahan alias banyak, berbelok dan lama sampainya. Tidak tega. Tapi hanya diizinkan untuk jalan saja tanpa bawa beban. Semangat Ges!

Akhirnya sampai juga di peron. Tidak lama kami berangkat dan sampai di stasiun transit kawasan Little India. Di sana sudah stand by dua local boy yang di mana setiap Hafiz atau Absar ke SG pasti akan ditemani warga lokal sini. Hari ini Susuwaidi dan Jamil yang menjadi guide pencarian skateable spot. Kami diarahkan untuk berangkat ke Bukit Panjang. Sesuai namanya. Perjalanan pun menurut saya cukup memakan waktu yang panjang. Berangkat dari Little India menuju stasiun paling ujung.

With the local boys

Begitu sampai. “Wah! Sepi gilaaaa!”. Iya! Sesepi itu kawasan Bukit Panjang. Manusia tidak begitu padat hilir mudik seperti di downtown. Kawasan disini didominasi bangunan-bangunan tinggi yang berfungsi sebagai tempat tinggal. Kalau di Jakarta, yaaa semacam rusun but in a better, cleaner, and more quiet version. Kami berjalan mengarah ke bagian gedung terdalam. Melewati pilar dan lorong tiap unit gedung hingga akhirnya menemukan sebuah kids playground beranak tangga. Dan ya! Kami menemukan rail yang hendak di hajar oleh Absar. Susu dan Jamil kemudian menghilang, mencari spot lainnya di saat Absar mencoba dan memperkirakan untuk mengeluarkan trick di spot ini. Lagi! Setelah mencoba dan mengira-ngira. Absar memutuskan untuk berpindah. Ini baru spot kedua! Cukup effort untuk mencapai lokasi ini, bahkan sampai saya tertidur dan sempat-sempatnya mimpi saat perjalanan kesini. Belum lagi beban si ‘Anak Gajah’ milik Hafiz yang harus diangkut setiap melewati tangga. Tenang! Semua siap bantu bawa papan Hafiz atau angkat tas kameranya.


Apalagi yang saya dapat sejauh ini? TEAMWORK! INISIATIF! CARE! Untuk menciptakan suatu konten, semua saling menjalankan peran dan tugas masing-masing. Termasuk create skate content. Kamu mau dapat photo atau video yang bagus?! Bantu juga filmer atau photographer untuk hal-hal yang dirasa sangat meringankan pekerjaan mereka. Pasti akan sangat sayang, saat mereka sudah kelelahan karena kurangnya perhatian dari kalian para skater yang berambisi landing hari itu. Kemudian fokus lensa kamera lolos dan visualmu menjadi blur, padahal sudah landing dengan ciamik. Sepele tapi bikin gagal keren di socmed. Lol

Dari Bukit Panjang kemudian kembali naik MRT menuju Tiong Bahru. Sebuah kawasan pemukiman penduduk yang jauh lebih crowded dibanding Bukit Panjang. Lokasinya sudah semakin mendekat ke arah downtown. Akhirnya di dalam stasiun MRT Tiong Bahru kami cruising, sedang di stasiun lainnya kami hanya menenteng papan yang kami bawa karena memang cukup ketat pengawasannya. Keluar dari stasiun, lagilagi Susu dan Jamil mengarah ke gedung-gedung tempat tinggal. Di sana bertambah lagi satu orang yaitu Wan Telor yang siap menemani Absar dan Hafiz menemukan spot lainnya. Spot kali ini cukup bikin saya amazed. Ya buat saya. Entah buat kalian. Spot yang akhirnya dijajal berada di lantai 4 atau 6 gedung kalau tidak salah. Sebuah taman yang nampaknya menjadi sarana jogging track bagi penghuninya. Karena saat kami tiba banyak orang sedang jogging atau sekedar berjalan-jalan dengan anjing mereka. Kali ini Absar fix menjajal sebuah rail untuk mencoba smith grind, 5-0 grind trick.

Berkali-kali coba. Berkali-kali jatuh. Dari langit terang hingga redup. Tak kunjung juga dapat. Kesal. Lelah. Sudah ingin berakhir saja. Tapi lagi dan lagi Absar coba. Di sisi lain Hafiz sabar merundukkan badannya, mendapati angle kamera yang paling ideal untuk merekam Absar hingga landing. Kami yang berlima? Kami menunggu dan menyemangati Absar yang gagal dan hampir landing. 



Jelang Maghrib waktu Singapura, sekitar pukul 18.30. Akhirnya Absar berhasil landing. Semuanya happy. Tapi?! Bagi Absar itu belum landing yang sempurna. Seperti biasa “Sekali lagi! Sekali lagi!”. Mungkin kalau matahari dengan waktu kemunculannya masih panjang, hal ini bakal ia lakukan berkali-kali lagi dan terus dikatakan “Sekali lagi!”. Hal biasa bagi kamu yang berhasil lakukan trick dengan effort yang berkali-kali lipat.


Langit semakin pudar cerahnya.
Kami yang lapar, kemudian memutuskan untuk menyudahi hari ini dengan satu keberhasilan dari Absar setelah sempat menghajar nosegrind trick, lalu smith grind, 50 grind. Kemudian kami berlalu ke kawasan Chinatown mencari halal food. Dan setelah selesai kami menuju CBD tepatnya di kawasan Raffles Place. Tempat di mana Singapore Street Skateboarder berkumpul. Meluruskan kaki, berbincang hal random dan sharing perjalanan kami hari ini. Suasananya hangat, ditambah Hafiz dan Absar sudah lebih akrab dengan mereka. Hampir jam 11 malam. Hari ini MRT tersedia hanya sampai pukul 11. Saya dan tiga lainnya berpamitan dan bergegas mengejar MRT untuk kembali ke Hostel.

THE HIGHLIGHT!

      Hari itu adalah hari yang paling melelahkan bagi saya yang tidak terbiasa check spot. Pernah beberapa kali mengikuti Hafiz check spot di Jakarta. Namun menurut saya itu belum seberapa. Membuka pandangan saya akan beberapa hal terkait dengan apa yang Absar dan Hafiz lakukan sepanjang hari itu.
       Proses berkarya yang dikurasi habis oleh idealisme masing-masing. Tidak instan menerima hasil, walaupun sudah berhasil. Lagi. Lagi. Dan LAGI! Hingga mencapai result yang dirasa layak untuk ditunjukkan kepada pihak brand atau bahkan sebagai citra di ranah pribadi semata. Tidak hanya sekedar visual dengan komposisi ‘aman’, tetapi visual yang mampu bercerita. Menegaskan tentang proses serta apapun yang terjadi di balik lensa ataupun gambar. Juga yang terpenting adalah esensi dari apa yang ‘diimani’ tetap terpelihara sesuai rootsnya.
      Keduanya memang memiliki pemikiran yang cukup ‘rumit’ untuk hal sesederhana ini. Mengapa sederhana? Saya rasa tugasnya mudah saja. Membuat konten untuk sebuah brand yang turut memiliki andil untuk karir seorang skater. Kenapa tidak photo session biasa saja? Di Jakarta pun bisa. Kenapa jauh-jauh ke Negara tetangga? Atau. Untuk apa buat konten susah payah melakukan trik yang sudah tau menyulitkan? Bukankah cukup dengan trick biasa tetapi landing dan nampak keren untuk materi promo atau marketing? Atau. Cukup aktif saja di social media. Apa susahnya hanya konsisten upload content yang bisa meningkatkan engagement dan traffic kemudian bisa kamu jual insightnya sebagai cara menunjukkan ‘siapa kamu’?
      Dan pertanyaan-pertanyaan lainnya yang sudah tertanam dan mungkin baru terpikirkan oleh kamu setelah membaca tulisan dari newbie yang overthinking :D Jawaban pada bagian ini akan saya serahkan kembali kepada yang telah melakukan berbagai hal hingga pada tahap sejauh ini. Absar dan Hafiz. Juga kamu yang merasa menjadi bagian dalam hal dan bebagai proses tersebut. Sampai jumpa lagi di cerita skate trip lainnya.

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------




 
Tentang penulis:

Bagi Subil, menulis bukan hal baru. Hobinya menuangkan pemikiran-pemikiran atau cerita-cerita random dimulai saat SMP. Kemudian memutuskan berkuliah di jurusan Jurnalistik untuk memantapkan teknik penulisan dan photography. Senang mencari, menemukan dan mencoba hal-hal baru, maka tidak heran jika Travelling Solo adalah hal yang paling disukai semenjak lulus SMA. Baginya saat melakukan perjalanan seorang diri, maka ia akan bebas menentukan dan merubah tujuan perjalanan tanpa beban. So, jangan heran kalau ia cukup selektif untuk menentukan teman di tiap perjalanannya. Perkenalan dengan Skateboard sudah dimulai saat masih duduk di bangku SMA. Namun benar-benar mencoba bermain skate sampai hari ini dimulai dari 4 tahun lalu. Jikalau mau melihat-lihat visual dan celotehan randomnya, silahkan follow IG Subil di @subilintjah









Post a Comment

Copyright © WNDR. live your life likescurving