Interview Chandra Ariavijaya - Menjadi bagian dari London skateboard scene era 80an

Chandra Ariavijaya.. Beliau adalah salah seorang skateboarder oldschool asal Bandung yang sudah mulai jatuh hati pada skateboard sejak tahun 1977, bersama dengan beberapa oldschool lainnya, seperti Didi Arifin dan Arya Subyakto.

Pada tahun 1986, pria yang lebih akrab dipanggil Chan atau OC alias Om Chan ini melanjutkan study ke London, Inggris. Sambil menyelam minum air, beliau yang mengaku saat itu sedang "getol-getol" nya skating menjadikan skateboard sebagai semi karirnya selama berada di negeri Albion. 

Foto - foto  dalam buku 8ft trany and a foot of vert tahun 80an saat om Chandra berada di london


Alhasil, Chandra Ariavijaya turut menjadi bagian dalam sejarah perjalanan skateboard di London pada waktu itu. Foto-foto mengagumkannya saat beraksi di atas skateboard pun dimuat dalam sebuah buku yang belum lama ini terbit dengan judul "8ft Tranny and a Foot of Vert" karya Mark Trawler Lawer's.

Buku yang berisi 240 halaman ini menceritakan tentang potret skateboard Inggris era vert ramps. Pada saat itu, skatepark yang tadinya "bertebaran" di Inggris, banyak yang ditutup dan dibongkar karena dianggap kurang menghasilkan. Kemudian muncul movement dari para skateboarder pada masa itu. Mereka berupaya untuk survive demi "menyelamatkan" eksistensi skateboard di Inggris, hingga akhirnya mereka membangun sendiri "space" mereka.

Daripada panjang lebar, mendingan kita simak aja yuk interview wonderskateboarding.com bersama legend satu ini.. Check it out.. :)

Q: Halo om Chan lagi sibuk apa nih sekarang Om?

A: Sibuk yaaa di sepeda.. Mountain biking.. Work as proffessional bukan hanya lomba nya aja tapi dalam semua culture nya mountain biking.

Om Chan saat bersepeda enduro race - photo: @febuantoko


Q: By the way dari hasil "per-kepoan" di medsos nih, hehe.. Kawan-kawan banyak yang manggil "Chan", ada kisah dibalik nama itu atau cuma nama panggilan aja Om? 

A: Hahaha... "Chan" ini lucu, mereka orang Inggris nganggap semua orang Asia itu oriental. Bukan racist maksudnya, jadi dianggap Chinese juga, jadi manggil Chan nya terdengar seperti "Chen" karena nyebut nama Om mereka sulit Chandra Ariavijaya. Kalo sekarang di sepeda di panggil OC = Om Chan.

Q: Sejak tahun berapa Om mulai main skate?

A: Main skate sejak tahun 77-an

Q: Pertama kali main skate di Indonesia apa di London Om?

A: Main di Indonesia.. Skate bareng sama angkatan Didi Arifin, Arya Subyakto. Kita udah main halfpipe juga kok pada waktu itu.

Cari deh om chan yang mana - Photo: Didi Arifin


Q: Sebagai salah satu legend dan satu-satunya orang Indonesia yang diangkat dalam buku 8ft Tranny and a Foot of Vert, boleh diceritain ngga Om gimana pengalaman skating di London pada waktu itu?

A: Pengalaman main di London dan UK ya seperti dream come true lah, skatepark dimana-mana, halfpipe dimana-mana, yg main banyak, pro dimana-mana... Yaa session skating nya ngga pernah membosankan.

Pagenya om Chan dalam buku 8ft Tranny and a foot of vert

Nah, 8ft Tranny and a Foot of Vert itu buku yang ceritain waktu booming main transisi, karena park dimana-mana old style 70's park. Nah, di buku itu ceritain bagaimana epic nya skater-skater vert main transisi, bangun halfpipe dimana-mana, karena kota-kota di UK itu kan kuno-kuno jadi "pure" street skating juga ngga bisa berkembang atau nyamain seperti di USA.

Q: Penulis bukunya Mark 'Trawler' Lawer ya Om. Nah, Om kenal ngga sih sama penulisnya itu?hehe..

A: Sama penulisnya jujur aja Om ngga kenal. Tapi temen-temen bilang dia pernah ketemu dengan kita-kita (maksudnya Om itu anak geng skatepark Harrow, the H-boys, Harrow Boys) dan pernah tau Om dulu yaa agak-agak "ripping" main vert-nya lah, hehehehe agak-agak doang... Dan Om orang Asia, bisa dihitung jari orang Asia yang main di sana pada masa-masa itu.

Om Chandra - Layback Air - photo : David Hopkins

Q: Menurut pandangan Om, gimana sih perkembangan skateboard di London dengan di Indonesia hingga saat ini?

A: Di London? Sejarah Skateboarding mereka sudah sangat tua sekali. Mungkin dari awal akhir 60-an, sama aja seperti di USA. Lalu pro rider Inggris ya banyak sekali di dunia ini dan jadi top-top skater dunia lah.

Lalu kita mau membandingkannya dari sisi yang mana? 1st generation skateboarder Indonesia itu ya Om, Didi, Arya, Rudy, Bobby, Bobob, Sibly, Danni, Ipung. Bandung ada Larry, Yoko, Rudy, Widia, dst. Ini generasi pertama skateboarder di Indonesia. Nah, kita dulu main nya kalo ngga slalom, freestyle, ramp, quarter dan halfpipe.

Ngga ada street skating... Apa yang mau dimainin? Trotoar nya ngga ada yang skate-able.

Prambors Skateboard Competition, Taman Surapati 1978, Final Run slalom (Jurinya Alm Dono Warkop) - photo: Didi Arifin

Ya saya rasa kita ngga usah membandingkan lah, cuma kita sempat terhenti di awal-awal 80-an dan baru mulai lagi di pertengahan 85 atau 86, itu jamannya Ardy Polii dan Shendy... Lalu Maskom, Rony Yogaswara, dkk. Kita ngga punya skatepark, ada taman lalu lintas dari "semen". Ya tapi seperti itulah skate scenes kita di masa itu..... Terbatas.

Q: Sebagai salah satu legend skateboarder yang sudah banyak nyicipin asam garam di dunia perskateboard-an, apa sih wejangan Om untuk para skateboarder muda di Indonesia?

A: Wejangan? Hahaha, udah kayak apa aja gue? haha.. 
Skate itu olahraga bukan buat semua orang. Kalo meluncur-meluncur aja di atas papan, berjuta umat juga bisa. Nah yg menjadi skateboard as a culture and as form of art within sport itu yg kita semua kurang "ulik" hehehehe...
Kalau public bilang "skateboarding is a crime", lalu kita kampanye "skateboarding is not a crime", terus kita mau gontok2an? Ngga kan? Nah kita create "space" kita lah agar "compound" supaya ngga ada yang nunjuk-nunjuk kita commit crime... Bener?
Nah supaya compound ciptakanlah "skate park" Buat lah untuk mengekpresikam culture nya, yang mau street ya harus punya effort. Bikin lah seperti "kota" ada ledges, curb, banks, handrail, stairs. Yaa dibuat kayak deket mall atau perkantoran lah, jangan bikin nya "street park" beda kan concept nya "park" hehehehe....

Kan kita tau semua secara realistik street scenes kita itu sulit untuk we skate on it. Ngga bisa kita skating di sana, trotoar seperti itu, security dan satpam dimana-mana... hehehe. Nah transisi skating, ya kita ketinggalan jauh lah... hehehe Tapi ada anak-anak baru setelah Reno, Kubon, dan Pevi ada lagi Sanggoe. Semoga anak anak "neo-moderen" akan terbit di masa sekarang, skatepark di mana-mana, dan semua ada transisi nya sekarang.

Ya tinggal di ulik aja, yang anak lama mumpung ada ya ikut ngulik aja transisi, yang oldschool ya ikut ngulik aja juga, itu kan culture nya, ya harus di ulik lah ❤👊
Nah karena "ngulik", di situ lah akan terjadi persamaan pandangan. To get the trick done itu ngga gampang, makan waktu dan usaha, "athletism" nya timbul, sportmanship nya jadi, lalu karakter nya tercipta..... mengekspresikan nya menjadi "culture".. Begitu?! 😇

========================================================================

Big thanks to Om Chan yang sudah bersedia meluangkan waktunya untuk berbagi pengalaman dan wejangannya untuk kita para skateboarder Indonesia. Pastinya kita patut berbangga juga karena ada skateboarder asal Indonesia yang menjadi salah satu legend skateboard dunia, terutama di Inggris dan di Indonesia tentunya. Semoga dapat menginsiprasi kita semua untuk terus memajukan skateboard Indonesia.. Keep skating Dude.. ✋👊😊






Post a Comment

Copyright © WNDR. live your life likescurving